Dari pembelajaran yang dangkal ke pembelajaran yang dalam

<p>Dari pembelajaran yang dangkal ke pembelajaran yang dalam : sisi implementasi.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjERoIbNVsNqAzxFA4IacTYxwnpFv6iD13PkyfRFPg9-hknQ8dBFS7SLaIZ9dK4lIZc67xD4IM5QPmLjwCBmpFSXdRP-N9L7b2Xmm6_7e1gpzz63Q2UZc_zmaTYWYwBs6vmO2TaAHYhUPLN1YQhaCsFMX_vdmOuKfMBwK-kcBlWxCbdhg3X4r2IyDWJF0p/s1600/IMG00571-20110214-0806.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjERoIbNVsNqAzxFA4IacTYxwnpFv6iD13PkyfRFPg9-hknQ8dBFS7SLaIZ9dK4lIZc67xD4IM5QPmLjwCBmpFSXdRP-N9L7b2Xmm6_7e1gpzz63Q2UZc_zmaTYWYwBs6vmO2TaAHYhUPLN1YQhaCsFMX_vdmOuKfMBwK-kcBlWxCbdhg3X4r2IyDWJF0p/s320/IMG00571-20110214-0806.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Kita, para guru, pada awal tahun baru 2025, telah ditawari lagi produk baru bagaimana memeroses pembelajaran dikelas. Produk itu, namanya, “Pembelajaran Mendalam” Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, melalui Pusat kurikulum dan Pembelajaran, telah selesai menyusun “Paparan Pembelajaran Mendalam” di bawah Prof. (Em) Suyanto, M.Ed., Ph.D., dari Universitas Negeri Yogyakarta.</div><p style="text-align: justify;">Hal tersebut menarik untuk kita sikapi. Sikap dasar kita, sebagai guru, terhadap pendekatan pembelajaran mendalam itu, anggap saja menu yang terhidang hari ini, yang harus kita kunyah menu itu dengan lembut, agar kerongkongan kita tidak sakit ketika menelannya, dan lambung menjadi nyaman ketika mencernanya. Mudah-mudahan setelah dicerna jadi energi baru yang menggerakkan pendidikan kita, sehingga pendidikan kita menjadi bermutu untuk  semua.</p><p style="text-align: justify;">Kita memang tidak punya pilihan. Pilihan kita selalu terbatas. Otoritas pengetahuan kita selalu saja direbut. Kita, para guru selalu di arahkan untuk tidak independen dalam berpengetahuan. Guru tidak pernah dimandirikan dalam berpengetahuan (Iman Zanatul Haeri @zanatul_91. 5 Jan 2025). </p><p style="text-align: justify;">Akibatnya, guru lumpuh ingatannya. Sulit meramu, meracik, apalagi menghidangkan menunya  secara mandiri di kelas. Sudut-sudut kelas yang dikenali guru, dalam setiap sudut satuan pendidikan diseluruh sudut di Indonesia, harus dihias dengan ornamen baru sebagaimana yang dibayangkan oleh Jakarta. Anak-anak kita, harus kita proses dalam proses pembelajaran sebagaimana menu dan energi baru yang kita miliki sebagaimana telah dihidangkan oleh  Jakarta.</p><p style="text-align: justify;">Lalu Jakarta menjalinkelindankan alasan dan mencaritemukan apa yang kemudian mereka sebut sebagai landasan fisiologis dan pedagogis, teoretis, sosiologis, yuridis, dan empiris mereka. Padahal faktanya, ganti menteri ganti kurikulum.</p><p style="text-align: justify;">Sekadar menyegarkan ingatan saja. Bahwa, secara teoretis, perspektif birokratis yang memandang implementasi kebijakan publik (baca: penerapan pembelajaran mendalam) sebagai proses yang cenderung bersifat linier, patuh pada rangkaian mekanisme, dan cenderung mekanistis, perlu memeroleh atensi. Sebab, senyatanya implementasi pembelajaran mendalam tidak bersifat linier apalagi mekanistik. </p><p style="text-align: justify;">Keberhasilan implementasi pembelajaran mendalam akan lebih banyak ditentukan melalui proses negosiasi, tawar-menawar, atau bahkan lobby dengan tradisi yang sudah berurat berakar dan bahkan pikiran (mind set) untuk menghasilkan kompromi dengan situasi di lapangan atau di dalam kelas. Oleh sebab itu, kapasitas lembaga pelaksana, dalam hal Kemendikdasmen, Dinas Pendidikan, dan Satuan Pendidikan  tetap diperlukan untuk mengelola beragam kepentingan tersebut (Josy Adiwisastra. 1986).</p><p style="text-align: justify;">Dengan demikian, implementasi kebijakan publik tidak hanya mencakup operasionalisasi kebijakan publik ke dalam mekanisme birokratis kementerian pendidikan,  dinas pendidikan, dan satuan pendidikan,  tapi juga terkait dengan bagaimana agar kebijakan pembelajaran mendalam tersebut dapat diterima, dipahami, dan didukung oleh kelompok sasaran, yakni para guru. Hal tersebut sesungguhnya merupakan bagian dari proses politik. Sebagai Bagian dari proses politik, maka implementasi pembelajaran mendalam  juga perlu memperhatikan berbagai jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat, sehingga kebijakan publik tersebut dapat mencapai harapan yang diinginkan.</p><p style="text-align: justify;">Pada praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan apa yang sudah direncanakan dalam tahap formulasi kebijakan publik, atau antara visi dengan realitas. Hampir selalu terjadi distorsi antara hal-hal yang ingin dicapai dengan hal-hal yang tercapai atau terealisasikan.</p><p style="text-align: justify;">Kurikulum sebagai gagasan, akan mengalami distorsi dengan kurikulum sebagai dokumen, pun demikian dengan kurikulum sebagai dokumen, ia akan mengalami distorsi dengan kurikulum sebagaimana yang disampaikan oleh para pemapar, termasuk oleh kelompok sasaran yakni para guru.</p><p style="text-align: justify;">Juga, seringkali terlupakan bahwa dalam menunjang keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah nilai-nilai kepercayaan (trust) dan tanggung jawab (responsibility). Kepercayaan menjadi penting untuk membangun penerimaan masyarakat terhadap suatu kebijakan publik, sehingga masyarakat mau mendukung pelaksanaan kebijakan publik tersebut. Sementara itu, tanggung jawab merupakan jaminan bagi konsistensi pelaksanaan kebijakan publik. Kepercayaan merupakan modal utama yang sangat penting, tapi tidak mengabaikan unsur tanggung jawab dalam implementasi kebijakan publik. Implementasi merupakan perpaduan antara tanggungjawab dan kepercayaan untuk merealisasikan visi yang terkandung dalam kebijakan publik. Kedua dimensi ini seringkali terabaikan dalam melaksanakan suatu kebijakan publik, sehingga alih-alih menjadi alat untuk menyelesaikan masalah, kebijakan publik justru menjadi pemicu masalah dan sumber konflik baru. </p><p style="text-align: justify;">Lihatlah fenomena guru badut sebagaimana dilansir Iman Zanatul Haeri dalam Kompas (28 Desember 2024). Ketika kepercayaan dan tanggung jawab tidak terbangun,  semua serba pencitraan. Para guru diarahkan serba mekanis. Sekolah menjadi skrup dalam mesin birokrasi besar Kementerian Pendidikan. </p><p style="text-align: justify;">Dengan demikian, menempatkan implementasi kebijakan pembelajaran mendalam harus menjadi proses politik yang akuntabel, konsisten, bertanggungjawab dan terbuka, sehingga distorsi yang mungkin terjadi dapat diminimalkan dan realisasi visi yang terkandung dalam materi kebijakan pembelajaran mendalam dapat dimaksimalkan.</p><p style="text-align: justify;">Apa yang diinginkan para guru agar sunguh-sungguh terbangun kepercayaan dan tanggungjawabnya? Muliakan para guru. Mandirikan para guru. </p><p style="text-align: justify;">Implementasi kebijakan proses pembelajaran mendalam jangan dijadikan sebagaimana  proses industri berlangsung.  Guru bukan bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang akan diubah menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi, tanpa dimuliasejahterakan, tanpa dimandirikan dalam berpengetahuan, jurang distorsi akan menganga dalam.</p><p style="text-align: justify;">Bagi Ibu dan Bapak guru, inilah perbedaan  belajar dangkal dengan belajar </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-e4OFJsx-50nbhynylvlW1v3rV2EYG5QT-VFTiOnb6k3NKLDA_RmWZZ-1acya-XXUPA3rZWCRkNVyPBEFHRprPSJRmZiUN3vTWU63TJuR8_Fr36lLxYIKNrelKJ0tyr0JkggOWGTDBR0ghnDmCP52qnTUgfhTa6aVTBIOhm4bnaQ5wH5SxZRxNaG0ndQt/s541/Screenshot%202025-01-05%20202018.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="523" data-original-width="541" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-e4OFJsx-50nbhynylvlW1v3rV2EYG5QT-VFTiOnb6k3NKLDA_RmWZZ-1acya-XXUPA3rZWCRkNVyPBEFHRprPSJRmZiUN3vTWU63TJuR8_Fr36lLxYIKNrelKJ0tyr0JkggOWGTDBR0ghnDmCP52qnTUgfhTa6aVTBIOhm4bnaQ5wH5SxZRxNaG0ndQt/s16000/Screenshot%202025-01-05%20202018.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuWv6M2q64PN8V2AgGPoazlDMsrUZOY5SFHfkg0m0Q5dvAbKurzLefqUf-ezPe4KfgeCt9ltsQGxEycYvCAfUz5xLjSW8JDwj6b6Ddli-6_nJAcN8KQnopktgWbMfoP9_-YmVS7F3L_okHmNxiig7rz6XD5kXxnZp92KhqZsUzUuXX55DyGdAz_9AFEcjV/s600/Screenshot%202025-01-05%20202215.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="196" data-original-width="600" height="186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuWv6M2q64PN8V2AgGPoazlDMsrUZOY5SFHfkg0m0Q5dvAbKurzLefqUf-ezPe4KfgeCt9ltsQGxEycYvCAfUz5xLjSW8JDwj6b6Ddli-6_nJAcN8KQnopktgWbMfoP9_-YmVS7F3L_okHmNxiig7rz6XD5kXxnZp92KhqZsUzUuXX55DyGdAz_9AFEcjV/w536-h186/Screenshot%202025-01-05%20202215.jpg" width="536" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Perbedaan utama adalah bahwa pendekatan mendalam melibatkan niat untuk memahami dan menciptakan makna baru dari apa yang sedang dipelajari, sedangkan pendekatan dangkal hanya bertujuan menghapal dan mengulang pengetahuan lama.</div><div class="separator" style="clear: both;"><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Oleh: Ade Munajat, Kepala SMAN 1 Nyalindung Sukabumi</div><div class="separator" style="clear: both;">Penulis kadang-kadang </div><div><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both;">Rujukan Bacaan</div><div class="separator" style="clear: both;"><ol style="text-align: left;"><li>Iman Zanatul Haeri. Guru Badut dalam Kompas, 28 Des 2024 08:00 WIB  </li><li>Josy Adiwisastra.. Dalam Tachjan. Implementasi Kebijakan Publik. 1986.</li><li><span style="text-align: justify;">Kemendikdas RI. Puskurjar. Januari 2025. Pembelajaran mendalam. Transformasi pembelajaran menuju pendidikan bermutu untuk semua.</span></li><li><span style="text-align: justify;">https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/school-life/ragam-metode-belajar-untuk-guru-masa-kini/ diunduh pada 5 Januari 2025</span></li></ol></div><div><br /></div></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />

Dari pembelajaran yang dangkal ke pembelajaran yang dalam : sisi implementasi. Kita,…

Pendamping Satuan Pendidikan, Bukan Tugas Tambahan !

<p>Peraturan Meneteri PANRB RI , Nomor 21 Tahun 2024, tentang Jabatan Fungsional Guru.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBf02VsjW6kHBup77dQqgr9zilIuvmFhvGmuFlxtT0GFlsgXJJ5nxiUobbfYqpfvuyGUNPya4mWqD1NDCTCy75OwnjdOqfaO1ZsC0YiVVqBuhljSPhjK_tLhI_NRyqKx_BvAuJxJahQFVxfTXzwvJN0n1QrTc8xvXlEi9p3euyChnYkbhyphenhyphenHigKd6yCx6L2/s4608/IMG_20250102_071734.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2592" data-original-width="4608" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBf02VsjW6kHBup77dQqgr9zilIuvmFhvGmuFlxtT0GFlsgXJJ5nxiUobbfYqpfvuyGUNPya4mWqD1NDCTCy75OwnjdOqfaO1ZsC0YiVVqBuhljSPhjK_tLhI_NRyqKx_BvAuJxJahQFVxfTXzwvJN0n1QrTc8xvXlEi9p3euyChnYkbhyphenhyphenHigKd6yCx6L2/s320/IMG_20250102_071734.jpg" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Dalama peraturan tersebut dikatakan bahwa jabatan funsional guru adalah jabatan yang mempunyai tugas dan ruang lingkup kegiatan untuk melaksanakan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.</div><p style="text-align: justify;">Pasal 8, ayat 1 mengatakan bahwa : Dalam rangka pembinaan karier, Guru dapat diberikan <b><span style="color: red;">penugasan</span></b> sebagai : a). kepala satuan pendidikan; b). pendamping satuan pendidikan; c). pendidik pada jalur pendidikan nonformal; atau d). peran lain yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.</p><p style="text-align: justify;">Kepala Satuan Pendidikan dan Pendamping Satuan Pendidikan (Pengawas) itu bukan jabatan, bukan pula tugas tambahan. Tugas tambahan itu seperti wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, kepala perpustakaan, wali kelas, dan lain-lain (Permendikbud No. 15 Tahun 2018. Tugas tambahan artinya masih harus mengajar. Kepala Satuan Pendidikan (KSP) dan Pendamping Satuan Pendidikan PSP) itu tidak perlu mengajar, makanya <b>BUKAN</b> tugas tambahan. Tapi bukan pula merupakan jabatan. Kalau gitu apa jabatan mereka. Jabatan mereka adalah jabatan fungsional yaitu guru. Kalau bukan tugas tambahan apa dong sebutanya? Ya tugas (penugasan) aja tanpa kata tambahan. <b>PENUGASAN</b> tanpa ada kata <b>TAMBAHAN.</b></p><p style="text-align: justify;">Pendamping Satuan Pendidikan dan Kepala Satuan Pendidikan mempunyai status yang sama. Keduanya bukan Jabatan Fungsional. Jabatan fungsional keduanya adalah guru. Untuk menjadi Pendamping Satuan Pendidikan tentu tidak perlu UKPJL (Uji Kompetensi Pindah Jabatan Lain), karena menjadi PSP tidak pindah Jabatan Funsional. Namun tentu ada syarat dan prosedur. Nah syarat dan prosedur kita belum tahu. Kalau menjadi pengawas satuan pendidikan kan salah satu syaratnya harus memiliki sertifikat guru penggerak atau cawas. Nah untuk menjadi pendamping (PSP) apakah prosedur dan syaratnya sama dengan pengawas? Kita tunggu regulasi turunannya. Yang jelas permen 40 tahun 2021 belum dicabut !</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4LrMc0CMABkv7XukoaqcO9JZz7wSyyMo8lcqBP9YDbg1WdCXEZOJCZLyo3hdg8rZTrMXmsuVpbphjmCqevKC2GwgnAdEvvrNcqtBkXe3ny_Wz-PlC19yvTkkJEiHhSEFtR290TGsuHs5tI5x2sMD9Z-OkkcPsQ0kJQpL4dlK2Vn0URnRqCtcCoBv1hIPJ/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4LrMc0CMABkv7XukoaqcO9JZz7wSyyMo8lcqBP9YDbg1WdCXEZOJCZLyo3hdg8rZTrMXmsuVpbphjmCqevKC2GwgnAdEvvrNcqtBkXe3ny_Wz-PlC19yvTkkJEiHhSEFtR290TGsuHs5tI5x2sMD9Z-OkkcPsQ0kJQpL4dlK2Vn0URnRqCtcCoBv1hIPJ/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><br />

Peraturan Meneteri PANRB RI , Nomor 21 Tahun 2024, tentang Jabatan Fungsional Guru. …

Deep Learning VS Surface Learning

<p><i> Deep Learning VS Surface Learning</i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR50RmbQ_gVejxblAXhjaPe2TXrxoggBah8z3MR5g1de9_f8zve1sjqngCyle2hOjz6kHSV4U0t5RKbVu3gVwdssuwIAgULEZaK5orMTq9R0fHXu6Obm-66jOgxfLQIEYt1XUQja3KBDaFXMsSEuuiuDkv5Vp4OUJmy2XnnvEhf-YPEbNSbtBLgSpqGcpv/s5184/IMG_20241219_120118.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3880" data-original-width="5184" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR50RmbQ_gVejxblAXhjaPe2TXrxoggBah8z3MR5g1de9_f8zve1sjqngCyle2hOjz6kHSV4U0t5RKbVu3gVwdssuwIAgULEZaK5orMTq9R0fHXu6Obm-66jOgxfLQIEYt1XUQja3KBDaFXMsSEuuiuDkv5Vp4OUJmy2XnnvEhf-YPEbNSbtBLgSpqGcpv/s320/IMG_20241219_120118.jpg" width="320" /></a></div><br /><p data-sourcepos="1:1-1:202" style="text-align: justify;">Mari kita bahas perbedaan antara D<em>eep learning</em> dan S<em>urface learning</em>. Kedua istilah ini sering digunakan dalam konteks pendidikan untuk menggambarkan dua pendekatan yang berbeda dalam belajar.</p><h3 data-sourcepos="3:1-3:41"><i>Deep Learning</i> (Pembelajaran Mendalam)</h3><ul data-sourcepos="5:1-17:0"> <li data-sourcepos="5:1-5:289" style="text-align: justify;"><strong>Fokus pada pemahaman konsep:</strong> <i>Deep learning</i> berfokus pada pemahaman mendalam terhadap suatu materi. Pelajar tidak hanya menghafal informasi, tetapi berusaha memahami konsep di baliknya, menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, dan menerapkannya dalam berbagai situasi.</li> <li data-sourcepos="6:1-11:62"><strong>Aktivitas:</strong> <ul data-sourcepos="7:5-11:62"> <li data-sourcepos="7:5-7:50">Mencari tahu "mengapa" di balik suatu fakta.</li> <li data-sourcepos="8:5-8:70">Menghubungkan materi dengan pengalaman pribadi atau dunia nyata.</li> <li data-sourcepos="9:5-9:57">Menganalisis informasi dari berbagai sudut pandang.</li> <li data-sourcepos="10:5-10:41">Menilai dan mengevaluasi informasi.</li> <li data-sourcepos="11:5-11:62">Berkreasi dan inovatif dengan pengetahuan yang dimiliki.</li> </ul> </li> <li data-sourcepos="12:1-17:0"><strong>Tujuan:</strong> <ul data-sourcepos="13:5-17:0"> <li data-sourcepos="13:5-13:57">Membangun pengetahuan yang bermakna dan tahan lama.</li> <li data-sourcepos="14:5-14:58">Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.</li> <li data-sourcepos="15:5-15:48">Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.</li> <li data-sourcepos="16:5-17:0">Mendorong pembelajaran mandiri dan berkelanjutan.</li> </ul> </li> </ul><h3 data-sourcepos="18:1-18:45"><i>Surface Learning </i>(Pembelajaran Permukaan)</h3><ul data-sourcepos="20:1-29:0"> <li data-sourcepos="20:1-20:240" style="text-align: justify;"><strong>Fokus pada menghafal:</strong> <i>Surface learning</i> lebih menekankan pada menghafal fakta, rumus, atau informasi tanpa memahami konsep di baliknya. Pelajar cenderung mencari jalan pintas untuk menyelesaikan tugas tanpa benar-benar memahami materi.</li> <li data-sourcepos="21:1-25:53"><strong>Aktivitas:</strong> <ul data-sourcepos="22:5-25:53"> <li data-sourcepos="22:5-22:45">Menghafal definisi, rumus, atau daftar.</li> <li data-sourcepos="23:5-23:72">Mencari jawaban yang sudah jadi tanpa berusaha memahami prosesnya.</li> <li data-sourcepos="24:5-24:57">Mengerjakan tugas hanya untuk memenuhi persyaratan.</li> <li data-sourcepos="25:5-25:53">Mengandalkan pada menghafal daripada pemahaman.</li> </ul> </li> <li data-sourcepos="26:1-29:0"><strong>Tujuan:</strong> </li><ul data-sourcepos="27:5-29:0"> <li data-sourcepos="27:5-27:39">Menyelesaikan tugas dengan cepat.</li> <li data-sourcepos="28:5-29:0">Mendapatkan nilai yang baik tanpa terlalu banyak usaha.</li></ul></ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/KnIynokRfd4" width="380" youtube-src-id="KnIynokRfd4"></iframe></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYUn5UGJHkKtDDBffn0o2C54gyTVneMkwl5zuyKm4I0PfX2Q8mBTV9S2b1AUyOf9MOGC7CTTloZkXK6EaM0tIsWt7pIF3uXKUVtieq3sdiNz1I2efaBz3d973xOIqeL6mDxMskaLrn2rWDkQ_NNlf1UTKH4Y9Ah8OsFukbW8NlPAtDOvEIhkbdLkvnnKqq/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYUn5UGJHkKtDDBffn0o2C54gyTVneMkwl5zuyKm4I0PfX2Q8mBTV9S2b1AUyOf9MOGC7CTTloZkXK6EaM0tIsWt7pIF3uXKUVtieq3sdiNz1I2efaBz3d973xOIqeL6mDxMskaLrn2rWDkQ_NNlf1UTKH4Y9Ah8OsFukbW8NlPAtDOvEIhkbdLkvnnKqq/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: x-small;">Sumber diambil :</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: x-small;">1. https://www.youtube.com/watch?v=KnIynokRfd4 (Diakses pada 23 November 2024)</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: x-small;">2. Penjelasan Raker Menteri. Tautan: https://www.youtube.com/watch?v=8lpIOqP7QiI (Diakses pada 23 November 2024)</span></div><br /><div><br /></div>

Deep Learning VS Surface Learning Mari kita bahas perbedaan antara D eep learning …

Apa itu Deep Learning ?

<div class="separator" style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL7M6OyZfV6W0Yru-JJhwzT-p4SLnLs82XK4RQj77sgBI6PbgCF-4NKD1M9HOG0rMXbjU3OhTJARPWAnn3mIBeFxb1Bg2yV09RLGZOrw1HK4qMe_CiVWiFh2r7JlZBjLWj8lg1QYRmc2JxSMoWETw8x-ophuaplABozfZJDFIw64kERsMSRN56lO4YLKwG/s1152/IMG-20181123-WA0034.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL7M6OyZfV6W0Yru-JJhwzT-p4SLnLs82XK4RQj77sgBI6PbgCF-4NKD1M9HOG0rMXbjU3OhTJARPWAnn3mIBeFxb1Bg2yV09RLGZOrw1HK4qMe_CiVWiFh2r7JlZBjLWj8lg1QYRmc2JxSMoWETw8x-ophuaplABozfZJDFIw64kERsMSRN56lO4YLKwG/s320/IMG-20181123-WA0034.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;">Apa itu Deep Learning ?</div><p style="text-align: justify;">Menurut <a href="https://www.ruangguru.com/blog/author/kenya-swawikanti" target="_blank">Kenya Swawikanti</a> , istilah <i>Deep Learning</i> yang dipakai oleh Mendikdasmen tidak sama dengan istilah <i>Deep Learning</i> yang lazim digunakan dalam ranah <i>Artificial Intelligence (AI)</i>. Dalam konteks pendidikan, <b><i>Deep Learning</i> adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi yang lebih sempit</b>. </p><p style="text-align: justify;"><i>Deep Learning </i>BUKAN sebuah kurikulum, melainkan pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada <b>pemahaman konsep</b> dan <b>eksplorasi secara mendalam</b>. <i>Deep Learning </i>merupakan<i> </i> pendekatan pembelajaran baru yang bisa saja diterapkan di dalam kurikulum yang ada (Kurikulum Merdeka). Pendekatan ini dimungkinkan kedepannya akan mempengaruhi penyusunan kurikulum di Indonesia.</p><p style="text-align: justify;">Penerapan <i>Deep Learning</i> dalam pendidikan  tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan <b>pengetahuan siswa</b>, tetapi juga <b>mengembangkan keterampilan </b>yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan tuntutan abad ke-21. Kompetensi abad ke-21 menurut <i>Word Economic Forum</i> terdiri dari  : <b>literasi dasar</b>, <b>kompetensi</b> dan<b> kualitas karakter</b>.</p><p style="text-align: justify;">Salah satu metode yang sering digunakan guru dalam menggunakan  <i>Deep Learning </i>di kelas adalah dengan memakai  <b>Pembelajaran Berbasis Proyek</b> (<i><a href="https://www.aminherwansyah.net/2022/12/pjbl-vs-pbl-pada-p5.html" target="_blank">Projeck Based Learning</a></i>, PjBL), di mana siswa belajar dengan cara memecahkan masalah nyata dan menghasilkan produk yang relevan. </p><p style="text-align: justify;">Ada tiga elemen utama dalam <i>Deep Learning </i>:</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li style="text-align: justify;"><i><b>Meaningful Learning</b></i>, siswa dapat memaknai hal-hal yang sedang ia pelajari. David Ausubel menyatakan bahwa guru harus membantu siswa untuk mengaitkan konsep baru yang akan diajarkan dengan konsep-konsep yang sebelumnya sudah mereka pahami.</li><li style="text-align: justify;"><b><i>Mindful Learning</i></b>, siswa diajak untuk senantiasa sadar akan proses pembelajaran yang sedang ia jalani. Guru bisa membiasakan siswa untuk selalu membuat kesimpulan pembelajaran sendiri di akhir sesi ajar dan merefleksikan perkembangan pemahaman atau kompetensinya. Melalui proses refleksi ini, siswa dapat memahami kekuatan dan kelemahan mereka masing-masing, serta memiliki target yang lebih jelas untuk pembelajaran berikutnya.</li><li style="text-align: justify;"><i><b>Joyful Learning ,</b></i> menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang positif agar siswa dapat menikmati setiap bagian dari proses pembelajaran. </li></ol><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/KnIynokRfd4" width="320" youtube-src-id="KnIynokRfd4"></iframe></div><div style="text-align: center;"><i>Deep Learning VS Surface Leraning</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV5hsgzxoV5uhsoraPF4Xn94YX5rH4abK1OXcd8cOQ6QLScqNbZx6jBBbsI7kkCcA9ZgKdm498fGgQAilQVSNR1DxEfXX3ML5y0vG9Ic1WKwlTtyJX8pYzJe7ftlSIISCfkLGlt3gBqE4sy34aWpzdlBYCA4tjXg_RR3G4oujr3qL37yCU71qUOCvrQthq/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV5hsgzxoV5uhsoraPF4Xn94YX5rH4abK1OXcd8cOQ6QLScqNbZx6jBBbsI7kkCcA9ZgKdm498fGgQAilQVSNR1DxEfXX3ML5y0vG9Ic1WKwlTtyJX8pYzJe7ftlSIISCfkLGlt3gBqE4sy34aWpzdlBYCA4tjXg_RR3G4oujr3qL37yCU71qUOCvrQthq/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="https://www.ruangguru.com/blog/pendekatan-deep-learning" target="_blank">Ruang Guru </a></span></div><br /><div><br /></div><p></p><br /><br />

Apa itu Deep Learning ? Menurut Kenya Swawikanti , istilah Deep Learning yang dipa…

Memperkaya Pendidikan Melalui Ekstrakurikuler

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioCPYMEdASn0f3ovqCcFApvBii0NPwOfLsZc7SuGbhINQEEE0ahkqwZwEBkIql6Q14XAFDk0XRSyjD_FHlB1ER97yqdU4xbcR1WmCOkgVgHkhv6QscVo0BuV2FXq8nDhpUtSVdWc-7TjBxsPKGE5obpaPWyZ3Cp9ao3zeHZ8oAMK4-4aqwVBdCWCAQFCp4/s4624/IMG_20241106_075340.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioCPYMEdASn0f3ovqCcFApvBii0NPwOfLsZc7SuGbhINQEEE0ahkqwZwEBkIql6Q14XAFDk0XRSyjD_FHlB1ER97yqdU4xbcR1WmCOkgVgHkhv6QscVo0BuV2FXq8nDhpUtSVdWc-7TjBxsPKGE5obpaPWyZ3Cp9ao3zeHZ8oAMK4-4aqwVBdCWCAQFCp4/s320/IMG_20241106_075340.jpg" width="320" /></a></div><p style="text-align: justify;">Pendidikan bukan hanya tentang pembelajaran di kelas, tetapi juga melibatkan pengembangan aspek lain dari kepribadian siswa. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang melibatkan siswa di luar kurikulum akademis. </p><p style="text-align: justify;">Ekstrakurikuler bukan sekadar kegiatan tambahan, melainkan ruang bagi peserta didik untuk berekspresi dan menggali potensi diri. Di sinilah mereka menemukan minat, mengasah bakat, dan tumbuh jadi pribadi yang lebih percaya diri.</p><p style="text-align: justify;">Dengan dukungan dan kesempatan yang tepat, ekstrakurikuler bisa jadi pengalaman yang memperkaya perjalanan pendidikan para peserta didik dan membekali mereka untuk siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan!</p><div style="text-align: justify;">Berikut beberapa manfaat penting dari kegiatan ekstrakurikuler bagi perkembangan siswa.</div><p style="text-align: justify;"></p><ol><li style="text-align: justify;"><b>Pengembangan Keterampilan Sosial. </b> Kegiatan ekstrakurikuler memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan membentuk hubungan sosial yang positif. Kolaborasi dalam tim, berkomunikasi dengan efektif, dan belajar bekerja bersama-sama merupakan keterampilan sosial penting yang dapat diperoleh melalui kegiatan ekstrakurikuler.</li><li style="text-align: justify;"><b>Pembelajaran Keterampilan Hidup.</b> Banyak kegiatan ekstrakurikuler melibatkan pembelajaran keterampilan khusus yang dapat membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kegiatan seperti pramuka dapat mengajarkan keterampilan bertahan hidup, kepemimpinan, dan tanggung jawab pribadi.</li><li style="text-align: justify;"><b>Pengembangan Kreativitas dan Bakat.</b> Kegiatan ekstrakurikuler memberikan siswa ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka di luar lingkup akademis. Baik itu seni, olahraga, musik, atau klub sains, kegiatan tersebut memungkinkan siswa mengekspresikan diri dan mengembangkan kreativitas mereka.</li><li style="text-align: justify;"><b>Peningkatan Kemandirian. </b>Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa belajar untuk mengorganisir diri mereka sendiri, mengelola waktu, dan menghadapi tantangan secara mandiri. Ini membantu mereka mengembangkan kemandirian yang penting untuk sukses di masa depan.</li><li style="text-align: justify;"><b>Penemuan Minat dan Ambisi. </b>Kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa menemukan minat dan ambisi mereka. Melalui eksplorasi berbagai kegiatan, siswa dapat mengidentifikasi bidang yang paling mereka nikmati dan yang mungkin menjadi fokus karier atau studi mereka di masa depan.</li><li style="text-align: justify;"><b>Peningkatan Prestasi Akademis. </b>Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih baik. Keterlibatan dalam kegiatan di luar kelas dapat meningkatkan motivasi, konsentrasi, dan tanggung jawab akademis.</li><li style="text-align: justify;"><b>Pembentukan Karakter dan Etika Kerja</b>. Kegiatan ekstrakurikuler sering kali melibatkan aturan, tanggung jawab, dan disiplin, yang dapat membentuk karakter siswa. Etika kerja yang positif, tanggung jawab, dan sikap pantang menyerah dapat dipelajari melalui partisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.</li></ol><p></p><p style="text-align: justify;">Kegiatan ekstrakurikuler memiliki dampak positif yang signifikan pada perkembangan siswa. Dengan memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, menemukan minat dan bakat, dan membentuk karakter, kegiatan ini melengkapi pendidikan formal di dalam kelas. Oleh karena itu, sekolah seharusnya mendorong dan mendukung kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian integral dari pengalaman pendidikan siswa.</p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Sumber bacaan : https://itjen.kemdikbud.go.id/</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9PQVT8eznTVeS1n-6y7SgZW3WIHqeszSdFFyjvzGc0kQ5Dn-OFyYnREZH9_VskywnHPAarMu_WtVrTV1kuz3XhiSGr87RCUQ1gPSjoCagON2N6FPyvTxh3eUfqjpJi9lzbufsuu0xPzOIH6AC4bm4VVYgQdhiXpltXxosKWaYv7DlrF_N_9RQzvL3pvME/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9PQVT8eznTVeS1n-6y7SgZW3WIHqeszSdFFyjvzGc0kQ5Dn-OFyYnREZH9_VskywnHPAarMu_WtVrTV1kuz3XhiSGr87RCUQ1gPSjoCagON2N6FPyvTxh3eUfqjpJi9lzbufsuu0xPzOIH6AC4bm4VVYgQdhiXpltXxosKWaYv7DlrF_N_9RQzvL3pvME/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><br /><span style="font-size: x-small;"><br /></span><p></p>

Pendidikan bukan hanya tentang pembelajaran di kelas, tetapi juga melibatkan pengemb…

Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Tiga Akreditasi 2024

<p> Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Tiga Akreditasi 2024</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj9AM96l51dz_qRaQTGyspZKqdLqeLMIfQu2sTaVHGrK2lSvXCx6C-FwzzPIHWTB0j8eSnsNHZGWL9A9i2YdzAixR_PtFUlacMtiOtczFWjPau_3sxQ7nNKKbFa24BCAHbG64gq-8MzGH6LlaHWFH0iqEqp2XbKLcuHoZccYHPY3NnLRrQiQ5lLlhWXBqu/s4624/IMG_20240929_074314.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj9AM96l51dz_qRaQTGyspZKqdLqeLMIfQu2sTaVHGrK2lSvXCx6C-FwzzPIHWTB0j8eSnsNHZGWL9A9i2YdzAixR_PtFUlacMtiOtczFWjPau_3sxQ7nNKKbFa24BCAHbG64gq-8MzGH6LlaHWFH0iqEqp2XbKLcuHoZccYHPY3NnLRrQiQ5lLlhWXBqu/s320/IMG_20240929_074314.jpg" width="320" /></a></div><p style="text-align: left;"><span face="Arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #2b2828; font-size: 14px; text-align: justify;">Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Akreditasi 2024, terdapat 4 komponen, 16 butir dan 59 indikator yang akan dinilai oleh asesor. Kita lanjutkan ke komponen dua, silahkan baca sebelumnya </span><a href="https://www.aminherwansyah.net/2024/08/sebaran-indikator-dan-butir-pada.html" style="background-color: white; border: 0px; color: #0e62aa; font-family: Arial, sans-serif; font-feature-settings: inherit; font-kerning: inherit; font-optical-sizing: inherit; font-size-adjust: inherit; font-size: 14px; font-stretch: inherit; font-variant-alternates: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; font-variant-position: inherit; font-variation-settings: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; text-decoration-line: none; vertical-align: baseline;" target="_blank">Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen satu Akreditasi 2024</a><span face="Arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #2b2828; font-size: 14px; text-align: justify;">. dan </span><span face="Arial, sans-serif" style="background-color: white; color: #2b2828; font-size: 14px; text-align: justify;"><a href="https://www.aminherwansyah.net/2024/10/sebaran-indikator-dan-butir-pada.html" target="_blank">Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Dua Akreditasi 2024.</a></span></p><p><b><span style="color: #2b00fe;">Komponen 3 Iklim Lingkungan Belajar </span></b></p><p></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Butir 10. Satuan pendidikan memastikan terbangunnya iklim kebinekaan bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></li></ul><div><ol style="text-align: left;"><li><i>membangun sikap menghargai keberagaman murid.</i></li><li><i>mengenali keberagaman profil guru, tenaga kependidikan, dan murid.</i></li><li><i>membangun sikap menghargai kesetaraan gender guru, tenaga kependidikan, dan murid.</i></li></ol></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Butir 11. Satuan pendidikan menyediakan lingkungan belajar yang inklusif untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam.</b></li></ul><div><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><i>memiliki kebijakan dan/atau prosedur yang mengakomodasi lingkungan belajar yang inklusif bagi berbagai kebutuhan belajar murid.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan program bagi guru, orang tua/wali, dan murid untuk mengakomodasi kebutuhan belajar murid yang beragam.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran untuk murid dengan kebutuhan yang beragam.</i></li></ol></div><div><br /></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Butir 12. Satuan pendidikan mewujudkan iklim lingkungan belajar yang aman secara psikis bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></li></ul></div><div><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan kebijakan dan program untuk mencegah dan menangani perundungan dan kekerasan lainnya.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>memiliki guru dan tenaga kependidikan yang memahami tata laksana penanganan perundungan dan kekerasan lainnya.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melibatkan orangtua/wali dalam pencegahan dan penanganan perundungan dan kekerasan lainnya.</i></li></ol></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Butir 13. Satuan pendidikan memastikan keselamatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></li></ul></div><div><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><i>memiliki/menggunakan bangunan dengan kondisi baik (tidak rusak sedang dan/atau rusak berat).</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan prosedur keselamatan murid melalui pengawasan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan prosedur dan perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan P3K.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan prosedur simulasi evakuasi untuk ragam potensi bencana yang relevan dengan kondisi yang ada.</i></li></ol></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Butir 14. Satuan pendidikan menjamin lingkungan yang sehat dan memiliki/melaksanakan program yang membangun kesehatan fisik dan mental pada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></li></ul></div><div><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan program untuk menjaga kebugaran murid, guru, dan tenaga kependidikan.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>menyediakan layanan Unit Kesehatan Sekolah UKS atau terhubung dengan fasilitas kesehatan terdekat.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>mendorong tersedianya pilihan makanan di lingkungan dan sekitar sekolah yang tidak mengandung pemanis buatan, zat pewarna dan pengawet makanan yang tidak aman.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan program untuk membangun kesadaran tentang kesehatan mental pada murid, guru, dan tenaga kependidikan.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>memberi kesempatan untuk kebutuhan istirahat dan bergerak aktif bagi murid, guru, dan tenaga kependidikan.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>melaksanakan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan adiksi.</i></li></ol></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxhVvbOaE5IWm2IEnaLvQtRzOvSskOxcB9g3cqvHuyEjbUSkXqlTrGMONRA0vqAoQx54DtwwjIKpRLv2-Bh5ukMlxuNHS3W4W1bvzo9gHWb6WyTq-wisvhqXMMGB5HLIet49CHfcLbc7LhsZS43GejHT57KFQvuknVeTVlk6mHxbYuHRjxcPT89H9uKqk/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxhVvbOaE5IWm2IEnaLvQtRzOvSskOxcB9g3cqvHuyEjbUSkXqlTrGMONRA0vqAoQx54DtwwjIKpRLv2-Bh5ukMlxuNHS3W4W1bvzo9gHWb6WyTq-wisvhqXMMGB5HLIet49CHfcLbc7LhsZS43GejHT57KFQvuknVeTVlk6mHxbYuHRjxcPT89H9uKqk/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><br /><div><br /></div></div><p></p><p><i style="background-color: white; border: 0px; color: #2b2828; font-family: Arial, sans-serif; font-feature-settings: inherit; font-kerning: inherit; font-optical-sizing: inherit; font-size-adjust: inherit; font-size: x-small; font-stretch: inherit; font-variant-alternates: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; font-variant-position: inherit; font-variation-settings: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Sumber : Pedoman Akreditasi 2024</i></p><p><br /></p>

Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Tiga Akreditasi 2024 Sebaran Indikator da…

Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Dua Akreditasi 2024

<p>Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Dua Akreditasi 2024.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDh6VXywD-VkXD_XtHfuzS5-gwJQ17zWldMNuxqJEdiVZS4CuyJnIkhKXkP2MITWRkaZWekZwsBeD9dH1iJC9ePz4TNgv6TwPaoFMnIFaIgamR-ablDOU9RR6qGxsdvEBsNI8gD_z_rjnLicmY4wpOoZ3N-xPEtcdS7u8iEGD-fwzSznb4sB9WcWT5Xh7p/s1280/WhatsApp%20Image%202022-06-22%20at%2018.22.50.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDh6VXywD-VkXD_XtHfuzS5-gwJQ17zWldMNuxqJEdiVZS4CuyJnIkhKXkP2MITWRkaZWekZwsBeD9dH1iJC9ePz4TNgv6TwPaoFMnIFaIgamR-ablDOU9RR6qGxsdvEBsNI8gD_z_rjnLicmY4wpOoZ3N-xPEtcdS7u8iEGD-fwzSznb4sB9WcWT5Xh7p/s320/WhatsApp%20Image%202022-06-22%20at%2018.22.50.jpeg" width="320" /></a></div><p>Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Akreditasi 2024, terdapat 4 komponen, 16 butir dan 59 indikator yang akan dinilai oleh asesor. Kita lanjutkan ke komponen dua, silahkan baca sebelumnya <a href="https://www.aminherwansyah.net/2024/08/sebaran-indikator-dan-butir-pada.html" target="_blank">Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen satu Akreditasi 2024</a>.</p><p><b><span style="color: #2b00fe;">Komponen 2. Kepemimpinan kepala satuan pendidikan dalam pengelolaan satuan pendidikan</span></b></p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li style="text-align: justify;"><b>Butir 5. Kepala satuan pendidikan menerapkan budaya refleksi untuk perbaikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, serta evaluasi kinerja untuk rencana pengembangan profesional bagi pendidik dan tenaga kependidikan</b><i>.</i></li></ul><div><ol><li><i>memberi waktu dan kesempatan bagi guru dan tenaga kependidikan untuk melakukan refleksi kinerja secara rutin.</i></li><li><i>melakukan kegiatan evaluasi kinerja secara berkala kepada guru dan tenaga kependidikan.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>memastikan guru memiliki dokumen rencana pengembangan profesional diri berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan refleksi.</i></li><li style="text-align: justify;"><i>mengembangkan program pengembangan profesional guru yang berdampak terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.</i></li></ol><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Butir 6. Kepala satuan pendidikan menghadirkan layanan belajar yang partisipatif dan kolaboratif untuk tercapainya visi dan misi.</b></li></ul><div style="text-align: justify;"><ol><li><i>memiliki visi dan misi yang jelas dan mengomunikasikan kepada pemangku kepentingan.</i></li><li><i>membangun komunikasi dan interaksi antarwarga secara berkala.</i></li><li><i>melakukan kolaborasi atau kemitraan dengan orang tua/wali dalam rangka mendukung penyelenggaraan layanan pendidikan.</i></li><li><i>melakukan kemitraan dengan pihak-pihak lain dalam rangka mendukung penyelenggaraan layanan pendidikan.</i></li><li><i>melaksanakan evaluasi/refleksi berbasis data dengan melibatkan murid, guru, tenaga pendidikan, dan orang tua.</i></li><li><i>menyusun rencana kegiatan tahunan berdasar evaluasi/refleksi berbasis data.</i></li></ol><div><ul><li><b>Butir 7. Kepala satuan pendidikan memastikan pengelolaan anggaran dilakukan sesuai perencanaan berdasarkan refleksi yang berbasis data secara transparan dan akuntabel.</b></li></ul><ol><li><i>mengelola anggaran sekolah dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan</i></li><li><i>merencanakan anggaran sekolah yang disusun bersama dengan komite sekolah atau pihak terkait.</i></li><li><i>merencanakan rencana anggaran sekolah dan menunjukkan sumber pendanaan beserta alokasi pemanfaatannya.</i></li><li><i>mengelola anggaran yang dilaporkan secara berkala kepada pemangku kepentingan.</i></li></ol><div><ul><li><b>Butir 8. Kepala satuan pendidikan memimpin pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.</b></li></ul><div><ol><li><i>menyusun perencanaan pengadaan sarana dan prasarana berdasar analisis kebutuhan pembelajaran.</i></li><li><i>memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki secara optimal.</i></li><li><i>memenuhi sarana dan prasarana untuk kebutuhan pembelajaran secara mandiri atau bermitra.</i></li><li><i>melaksanakan mekanisme pemeliharaan sarana dan prasarana di lingkungan sekolah.</i></li></ol><div><ul><li><b>Butir 9. Kepala satuan pendidikan mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang selaras dengan kurikulum nasional.</b></li></ul><div><ol><li><i>melakukan analisis karakteristik sekolah untuk penyusunan kurikulum sekolah</i></li><li><i>mengembangkan kurikulum sekolah yang relevan dengan kebutuhan belajar murid dan merujuk pada kurikulum nasional</i></li><li><i>menyusun dan melaksanakan mekanisme evaluasi berkala untuk memastikan kurikulum di tingkat sekolah relevan dengan kebutuhan belajar murid</i></li></ol></div></div></div><div><span style="font-size: x-small;"><i>Sumber : Pedoman Akreditasi 2024</i></span></div><div><span style="font-size: x-small;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNrRIYO8akOutDP4n-78YrPOOZhDW6pWifY5zOEzWBhoD56T0nbi9LgjIoouI7GBFmzCqFUJCLdigV6IXHYI248Tz5Q2-LFypbLAkcsEOkAXl6aJvExl-0BROr77X8UpW34OI7VENnkucF4AapNB3O7vg1sIefKLqSl2Er05SAxOPJggKNoL3WMCgZwkDu/s181/image.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNrRIYO8akOutDP4n-78YrPOOZhDW6pWifY5zOEzWBhoD56T0nbi9LgjIoouI7GBFmzCqFUJCLdigV6IXHYI248Tz5Q2-LFypbLAkcsEOkAXl6aJvExl-0BROr77X8UpW34OI7VENnkucF4AapNB3O7vg1sIefKLqSl2Er05SAxOPJggKNoL3WMCgZwkDu/s1600/image.png" width="181" /></a></div><br /><i><br /></i></span></div></div></div></div></div></div><p></p>

Sebaran Indikator dan Butir pada Komponen Dua Akreditasi 2024. Sebaran Indikator dan…

Contoh Pertanyaan Wawancara Akreditasi Sekolah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx6XU8g3OSEYvU-C2bhhWq3nKnXpvzM7MzXZlHRicBJjbKG8KoGul1roHcNwZbpITOXGPBSBT5iiccK9F2jAmhcsj8aD-53YbpSBYRrtaRb_IlP4GthEVDPO6YyQQMSE91NqzmJ3psyjfZ-MxYUsWJ3FeRJGACEZKKN3hmELjkDf6EVJlq-5F8spiiozig/s2592/IMG_0557.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="1936" data-original-width="2592" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx6XU8g3OSEYvU-C2bhhWq3nKnXpvzM7MzXZlHRicBJjbKG8KoGul1roHcNwZbpITOXGPBSBT5iiccK9F2jAmhcsj8aD-53YbpSBYRrtaRb_IlP4GthEVDPO6YyQQMSE91NqzmJ3psyjfZ-MxYUsWJ3FeRJGACEZKKN3hmELjkDf6EVJlq-5F8spiiozig/s320/IMG_0557.JPG" width="320" /></span></a></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Proses akreditasi sekolah melibatkan pengumpulan data yang komprehensif untuk menilai kualitas pendidikan yang diberikan sekolah kepada peserta didik. Data ini dikumpulkan melalui berbagai metode, antara lain dengan cara : t</span><span style="font-family: inherit; text-align: left;">elaah dokumen, o</span><span style="font-family: inherit; text-align: left;">bservasi dan w</span><span style="font-family: inherit; text-align: left;">awancara.  </span><span style="font-family: inherit;">Wawancara biasanya dilaksanakan asesor kepada : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, beberapa guru, tenaga administrasi, perwakilan siswa, perwakilan orang tua, komite sekolah dan kadang alumni.</span></p><p></p><p><span style="font-family: inherit;">Dalam menggali data dengan wawancara , asesor terkadang melakukan salah satu atau ketiganya dengan teknik berikut   :</span></p><p></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Wawancara Terstruktur: Menggunakan pertanyaan yang sudah disiapkan untuk menggali informasi dari kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan komite sekolah.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Wawancara Tidak Terstruktur: Melakukan wawancara secara terbuka untuk menggali informasi lebih dalam mengenai aspek-aspek tertentu.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i>Focus Group Discussion</i> (FGD): Mengadakan diskusi kelompok untuk menggali pendapat dan persepsi dari berbagai pihak terkait.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Contoh pertanyaan asesor  saat wawancara akreditasi dengan pihak sekolah : </span></div><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Butir 1 : Pendidik menyediakan dukungan sosial emosional bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.</b></span><br /><ul><li><i>Menurut Anda, kapan murid perlu mendapatkan umpan balik?(guru)</i></li><li><i>Bagaimana Anda memotivasi murid untuk berbagi pengetahuan atau keterampilan dengan temannya?(guru)</i></li></ul><div><b>Butir 2. Pendidik mengelola kelas untuk menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.</b></div><div><ul><li><i>Bagaimana proses Anda menyusun kesepakatan kelas bersama murid?(guru)</i></li><li><i>Adik terlibat tidak dalam membuat kesepakatan kelas? Bagaimana bentuk keterlibatanmu? (siswa)</i> </li></ul><div><b>Butir 3. Pendidik mengelola proses pembelajaran secara efektif dan bermakna.</b></div></div><div><ul><li><i>Bagaimana cara Anda menentukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran?(guru)</i></li><li><i>Bagaimana Anda memanfaatkan data asesmen yang sudah dilakukan?(guru)</i></li></ul><b>Butir 4. Pendidik memfasilitasi pembelajaran yang efektif dalam membangun keimanan, ketakwaan, komitmen kebangsaan, kemampuan bernalar dan memecahkan masalah, serta karakter dan kompetensi lainnya yang relevan bagi peserta didik</b>.</div><div><ul><li><i>Apakah Ibu/Bapak pernah memfasilitasi ....(indikator pada butir 4)....? Apa dampak yang Anda lihat setelah melakukan hal itu. Buktinya apa? (guru)</i></li></ul><b>Butir 5. Kepala satuan pendidikan menerapkan budaya refleksi untuk perbaikan pembelajaran, serta evaluasi kinerja untuk rencana pengembangan profesional bagi pendidik dan tenaga kependidikan.</b></div><div><ul><li><i>Ceritakan kapan terakhir kali Anda melakukan evaluasi kinerja guru dan tendik? Apa aspek yang dievaluasi, dan bagaimana Anda melakukannya? (kepsek)</i></li><li><i>Kapan terakhir kali Anda diundang oleh kepsek untuk melakukan evaluasi kinerja dan/atau refleksi kinerja? Bagaimana prosesnya, ceritakan dengan rinci atau step-by-step keseluruhan proses evaluasi dan refleksi ini (ini penting untuk melihat keselarasan langkah antara wawancara guru dan kepsek. Jika tidak selaras, buat catatan khusus) (guru)</i></li></ul></div><div><div><b>Butir 6. Kepala satuan pendidikan menghadirkan layanan belajar yang partisipatif dan kolaboratif untuk tercapainya visi dan misi.</b></div></div><div><ul><li><i>Apa saja yang Anda lakukan untuk mengkomunikasikan visi dan misi ini pada guru, orang tua murid, dan pemangku kepentingan lainnya? (kepsek)</i></li><li><i>Ceritakan tentang interaksi Anda dengan kepsek dan/atau guru dalam proses pencapaian visi dan misi ini. Apa saja langkah-langkahnya? (ortu)</i></li></ul><div><b>Butir 7. Kepala satuan pendidikan memastikan pengelolaan anggaran dilakukan sesuai perencanaan berdasarkan refleksi yang berbasis data secara transparan dan akuntabel.</b></div><div><ul><li><i>Bagaimana proses Anda menyusun anggaran sekolah?</i><i>(kepsek)</i></li><li><i>Bagaimana keterlibatan komite dalam merencanakan anggaran sekolah?</i><i>(kepsek)</i></li><li><i>Apakah Anda mendapatkan laporan pengelolaan anggaran secara berkala dari sekolah? Dengan cara apa?(komite)</i></li></ul><b>Butir 8. Kepala satuan pendidikan memimpin pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik</b></div><div><ul><li><i>Untuk tahun ini, apa saja yang menjadi prioritas pemenuhan sarpras di sekolah ini? Mengapa?</i></li><li><i>Apa saja strategi Anda untuk dapat memenuhi kebutuhan sarpras? Apakah Anda bekerja sama dengan pihak lain? </i></li></ul><div><b>Butir 9. Kepala satuan pendidikan mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang selaras dengan kurikulum nasional.</b></div><div><ul><li><i>Bagaimana proses penyusunan kurikulum tingkat sekolah di sini?</i></li><li><i>Kapan Anda melakukan evaluasi kurikulum? Apa saja yang dilakukan dalam evaluasi tersebut?</i></li></ul><b>Butir 10. Satuan pendidikan memastikan terbangunnya iklim kebinekaan bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></div><div><ul><li><i>Ceritakan tentang hal-hal yang baik atau menarik dalam hal membangun sikap positif terhadap keragaman di sekolah ini. Apa saja yang sudah dilakukan, dan bagaimana hasilnya? Siapa saja yang terlibat dalam aktivitas ini? Bagaimana reaksi anak-anak? Orangtua? Khalayak sekolah?</i></li></ul><b>Butir 11. Satuan pendidikan menyediakan lingkungan belajar yang inklusif untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam</b></div><div><ul><li><i>Apa yang sudah Anda lakukan untuk mengakomodasi kebutuhan belajar murid di kelas Anda? (guru)</i></li><li><i>Senang ndak pergi ke sekolah dan masuk kelasmu? Apa yang membuatmu senang ke sekolah?(siswa)</i></li><li><i>Dalam kurun waktu 1 tahun ini, adakah perubahan baik yang Anda rasakan atas anak Anda?(ortu)</i></li></ul><b>Butir 12. Satuan pendidikan mewujudkan iklim lingkungan belajar yang aman secara psikis bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></div><div><ul><li><i>Apakah pernah terjadi kekerasan di sekolah? Apa yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?</i></li><li><i>Adakah tindakan pencegahan yang bisa di share agar dapat jadi pembelajaran bagi yang lain?</i></li></ul><b>Butir 13. Satuan pendidikan memastikan keselamatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></div><div><ul><li><i>Kapan terakhir kali dilakukan simulasi evakuasi bencana di sekolah?(kepsek)</i></li><li><i>Ceritakan salah satu peristiwa yang melibatkan kondisi siswa terluka/mengalami kecelakaan. Apa yang Anda lakukan dalam menolong siswa tersebut?(guru)</i></li></ul><div><b>Butir 14. Satuan pendidikan menjamin lingkungan yang sehat dan memiliki/melaksanakan program yang membangun kesehatan fisik dan mental pada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.</b></div><div><ul><li><i>Apa yang sudah  Anda lakukan untuk menjamin lingkungan sehat di sekolah ini ?(kepsek)</i></li><li><i>Bagaimana Anda memandang situasi kesehatan fisik dan mental sesama guru dan murid-murid Anda? Sudahkan sesuai dengan yang seharusnya? (guru)</i></li><li><i>Bagaimana perasaan adik berada di sekolah ini? kamu merasa aman nggak? ceritakan/jelaskan ya.(murid)</i></li></ul><div><i><span style="font-size: x-small;">Sumber : Panduan Akreditasi 2024</span></i></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyuYKthaVBSr2LKocUaaaeYzovxqoisGDMcjt6kkkFDoSKglUVCSCTtwF-zZBBPUWdlWg8_39xafkOTr6fa1x5dVl2sStWUH6d7J4uhg1-FlLatT2pec8i1xjlCLg1nmPvxJocEKF4whA9yqPSVqa717E8ljZtM3w77Css3sU71_AvZfcS_9omUMinEbhg/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyuYKthaVBSr2LKocUaaaeYzovxqoisGDMcjt6kkkFDoSKglUVCSCTtwF-zZBBPUWdlWg8_39xafkOTr6fa1x5dVl2sStWUH6d7J4uhg1-FlLatT2pec8i1xjlCLg1nmPvxJocEKF4whA9yqPSVqa717E8ljZtM3w77Css3sU71_AvZfcS_9omUMinEbhg/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><br /><i><br /></i></div><div><i><br /></i></div></div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div></div><div><br /></div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><br /></div>

Proses akreditasi sekolah melibatkan pengumpulan data yang komprehensif untuk menila…

Data Aminku

<p style="text-align: center;"> <a href="https://s.id/amin_ku" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;" target="_blank"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0uNvlvZ3nHIKH1HoOcLspqjT6qZl3yaoHUng1dAOHr7JCuTwweGtBGpmUtwsjWqBUboW3EjzPecROTvjCNMIcfOJAbqY9qLfhYHbd_oUPrnE1-2EvEJ-cPdp4EspyeuMdKNu6oT9pYEc6AJ0PBRceEXRKEU0k1QVrm_CY-QaBC1tQjW1yb2gYGiszKh1b/s320/qr-amin_ku.png" width="320" /></a></p><p style="text-align: center;"><span face="ui-sans-serif, system-ui, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"" style="text-align: left; white-space: pre;"><a href="https://s.id/amin_ku">https://s.id/amin_ku</a></span></p><p style="text-align: left;">Ibu/Bapak guru yang memerlukan materi yang berhubungan dengan <a href="https://puskur.kemdikbud.go.id/" target="_blank">Kurikulum Merdeka</a>  dan <a href="https://ban-pdm.id/" target="_blank">akreditasi sekolah (BAN PDM)</a>, silahkan manfaatkan  materi yang sudah saya kumpulkan di micro-site s.id. Kumpulan materi yang sudah saya perbaiki di tautan : <a href="https://s.id/amin_ku" target="_blank">Data Amin_ku</a><span style="text-align: center;"> , mudah-mudahan bermanfaat.</span></p><p style="text-align: left;"><br /></p><p></p>

https://s.id/amin_ku Ibu/Bapak guru yang memerlukan materi yang berhubungan dengan…

Gaya Belajar Adalah Sebuah Mitos?

<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBOGHC0pBmec6M8pJooTOgDmBwDH4t5Ga-DWLscm_H9YTs6ymivkD6ALOorJAP_kcCQranbMwtK2Q0TeFin7BDpSxLP-11tCRr5YtA3nNKFkMdSLzZF2DPpQalF9fniJP8qkSxR3lfMBM/s1600/learning+profile.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1238" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBOGHC0pBmec6M8pJooTOgDmBwDH4t5Ga-DWLscm_H9YTs6ymivkD6ALOorJAP_kcCQranbMwtK2Q0TeFin7BDpSxLP-11tCRr5YtA3nNKFkMdSLzZF2DPpQalF9fniJP8qkSxR3lfMBM/s320/learning+profile.png" width="248" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b>A. Gaya Belajar Adalah Sebuah Mitos ?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam beberapa dekade terakhir, konsep "gaya belajar" telah mendominasi diskusi pendidikan dan pengembangan pribadi. Banyak pendidik dan pelatih percaya bahwa setiap individu memiliki gaya belajar yang unik, baik itu visual, auditori, kinestetik, atau berbagai kombinasi yang harus dipertimbangkan untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Namun, terlepas dari popularitasnya, ada argumen yang kuat bahwa ide tentang gaya belajar mungkin lebih merupakan mitos daripada fakta ilmiah yang terbukti. Artikel ini akan menjelaskan mengapa keyakinan ini bisa jadi salah kaprah dan apa implikasinya untuk praktik pendidikan kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>B. Definisi dan Popularitas Gaya Belajar</b></div><div style="text-align: justify;">Konsep gaya belajar merujuk pada teori bahwa setiap individu memiliki cara preferensi tertentu dalam menerima, memproses, dan menyimpan informasi. Teori ini sering dibagi menjadi beberapa kategori, seperti gaya visual (belajar melalui gambar dan grafik), gaya auditori (belajar melalui mendengar), dan gaya kinestetik (belajar melalui tindakan dan pengalaman langsung). Teori ini sangat populer di kalangan pendidik karena memberikan kerangka kerja yang intuitif untuk merancang strategi pengajaran yang diklaim dapat memenuhi kebutuhan belajar individu secara lebih efektif.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>C. Kritik Terhadap Gaya Belajar</b></div><div style="text-align: justify;">Meski teori gaya belajar telah diterima secara luas, banyak penelitian ilmiah yang meragukan keakuratannya. Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung ide bahwa mengajarkan materi sesuai dengan gaya belajar individu secara signifikan meningkatkan hasil belajar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa teori gaya belajar mungkin tidak sesuai dengan kenyataan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>1. Kurangnya Dukungan Empiris</b></div><div style="text-align: justify;">Salah satu kritik utama terhadap teori gaya belajar adalah kurangnya dukungan empiris. Banyak penelitian yang mencoba menguji hubungan antara gaya belajar dan hasil belajar menemukan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan dalam pencapaian akademik ketika materi diajarkan sesuai dengan gaya belajar yang diidentifikasi. Sebuah meta-analisis oleh Paul A. Kirschner dan Jeroen J.G. van Merriënboer pada tahun 2013 menyimpulkan bahwa teori gaya belajar tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dan tidak memberikan manfaat tambahan dalam hasil pembelajaran.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>2. Generalisasi dan Keterbatasan</b></div><div style="text-align: justify;">Teori gaya belajar sering kali menggeneralisasi preferensi individu tanpa mempertimbangkan konteks yang lebih luas. Misalnya, seseorang mungkin merasa lebih nyaman dengan metode visual dalam satu konteks tetapi lebih suka metode auditori dalam konteks lain. Penekanan pada gaya belajar juga bisa mengabaikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembelajaran, seperti motivasi, strategi belajar, dan pengalaman sebelumnya. Dengan kata lain, gaya belajar tidak bisa menjadi satu-satunya variabel yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>3. Fokus pada Preferensi, Bukan Proses</b></div><div style="text-align: justify;">Teori gaya belajar sering kali fokus pada preferensi individu, bukan pada proses kognitif yang terlibat dalam belajar. Pembelajaran yang efektif sering kali melibatkan berbagai jenis informasi dan metode, bukan hanya satu gaya. Sebagai contoh, memahami konsep matematika mungkin memerlukan representasi visual, penjelasan verbal, dan latihan praktis. Dengan demikian, pendekatan yang terlalu fokus pada gaya belajar mungkin mengabaikan kebutuhan untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang bermanfaat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>D. Implikasi Pendidikan</b></div><div style="text-align: justify;">Jika teori gaya belajar terbukti tidak efektif atau tidak akurat, apa artinya bagi praktik pendidikan kita? Beberapa implikasi penting harus dipertimbangkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>1. Fokus pada Strategi Pembelajaran</b></div><div style="text-align: justify;">Alih-alih fokus pada gaya belajar, pendidik mungkin lebih baik memperhatikan strategi pembelajaran yang terbukti efektif. Misalnya, strategi seperti pemrosesan informasi yang dalam, pengulangan, dan penggunaan berbagai metode untuk menjelaskan konsep dapat lebih bermanfaat daripada menyesuaikan pengajaran dengan gaya belajar individu. Dengan menggunakan pendekatan yang berbasis pada bukti ini, pendidik dapat lebih baik memenuhi kebutuhan semua siswa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>2. Kebutuhan untuk Fleksibilitas</b></div><div style="text-align: justify;">Sementara gaya belajar mungkin tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat, fleksibilitas dalam pengajaran tetap penting. Siswa memiliki berbagai cara belajar dan latar belakang yang berbeda, dan penting untuk menyediakan berbagai cara untuk mengakses informasi dan berlatih keterampilan. Fleksibilitas ini tidak harus didasarkan pada gaya belajar, tetapi pada kebutuhan belajar yang lebih umum, seperti memahami konsep, mengerjakan latihan, dan mendapatkan umpan balik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>3. Penekanan pada Keterampilan Kognitif</b></div><div style="text-align: justify;">Pendekatan yang lebih efektif mungkin adalah menekankan keterampilan kognitif yang dapat meningkatkan pembelajaran secara umum. Ini termasuk keterampilan seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan metakognitif. Dengan mengembangkan keterampilan ini, siswa dapat belajar bagaimana mengelola informasi dengan lebih baik dan menerapkan berbagai strategi untuk berbagai situasi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>E. Kesimpulan</b></div><div style="text-align: justify;">Gaya belajar mungkin merupakan konsep yang menarik dan intuitif, tetapi bukti ilmiah saat ini menunjukkan bahwa teori ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam meningkatkan hasil belajar. Alih-alih berfokus pada gaya belajar, pendidik mungkin lebih baik memfokuskan upaya mereka pada strategi pembelajaran berbasis bukti dan pendekatan fleksibel yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan lebih baik. Dengan demikian, meskipun gaya belajar tetap menjadi bagian dari percakapan pendidikan, penting untuk mendekati pembelajaran dengan pemahaman yang lebih luas dan berbasis pada penelitian yang solid.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan mengubah fokus dari gaya belajar ke strategi pembelajaran yang lebih beragam dan berbasis bukti, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan inklusif untuk semua individu. Ini adalah langkah penting menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana orang belajar dan bagaimana kita bisa mendukung mereka dalam proses tersebut dengan cara yang lebih berarti.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>F. Perhatian dan Perlu Anda Baca!</b></div><div style="text-align: justify;">1. Membongkar mitos gaya belajar 1 ; <a href="http://www.ninoaditomo.com/2015/11/membongkar-mitos-gaya-belajar-1.html" target="_blank">Nino Aditomo</a></div><div style="text-align: justify;">2. Membongkar mitos gaya belajar 2 ; <a href="http://www.ninoaditomo.com/2015/11/membongkar-mitos-gaya-belajar-2.html" target="_blank">Nino Aditomo</a></div><div style="text-align: justify;">3. Mitos atau Fakta? Benarkah Gaya Belajar Berpengaruh Terhadap Efektivitas Belajarmu? : <a href="https://www.zenius.net/blog/mitos-gaya-belajar" target="_blank">ZENIUS</a></div><div style="text-align: justify;">4. Bahaya Menganut Mitos Gaya Belajar ; <a href="https://ktp.fip.unesa.ac.id/post/asesmen-gaya-belajar-sebagai-mitos-mengembalikan-pembelajaran-dan-penelitian-berbasis-empiris" target="_blank">UNESA</a></div><div style="text-align: justify;">5. Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnya : <a href="https://www.idntimes.com/science/experiment/mikhaangelo-fabialdi-nurhapy/tipe-gaya-belajar-ternyata-hanya-mitos?page=all" target="_blank">IDN Times</a></div><div style="text-align: justify;">6. Why learning styles are dangerous ! ; <a href="https://onlineteaching.umich.edu/articles/the-myth-of-learning-styles/" target="_blank"> Online Teaching (UMICH-Edu)</a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Terima kasih Chat GPT</span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU9-lTHLfzDtc26UjbnbFGzHy0YthNM4MpzTIxclyEfi-N5czvpvzCS_P4Id5FRnML81AvNjkkCcKqeOpFm0NecBt82Vmrpp0EGo9yiNJ0o7HEx2plZR8Yj-A_bbAafkPnvoRIUWhD252SM63qhUOZKuYITOt1Dk6QbOmKhlSB9mPs5ER5zqN0Fgr2zuEF/s181/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="84" data-original-width="181" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU9-lTHLfzDtc26UjbnbFGzHy0YthNM4MpzTIxclyEfi-N5czvpvzCS_P4Id5FRnML81AvNjkkCcKqeOpFm0NecBt82Vmrpp0EGo9yiNJ0o7HEx2plZR8Yj-A_bbAafkPnvoRIUWhD252SM63qhUOZKuYITOt1Dk6QbOmKhlSB9mPs5ER5zqN0Fgr2zuEF/s1600/5B77C491B3159DBA11334FA4C8103D92.png" width="181" /></a></div><br /><span style="font-size: x-small;"><br /></span></div><p></p>

A. Gaya Belajar Adalah Sebuah Mitos ? Dalam beberapa dekade terakhir, konsep "…