Mindset Guru Berbasis IT
Blog Amin Herwansyah | 5 November 2015
Ada kalimat menggelitik hati saya pada penggalan paragraf surat elektronik dari Panitia IDL 2015, yang saya baca sore tadi, yang berisi : ”Kami memahami bahwa tidaklah mudah menerapkan digital learning (mengajar melalui internet kepada siswa dan guru lainnya) di tengah berbagai hambatan, baik dari segi fasilitas hingga mindset siswa dan guru”. Saya pun tersenyum sambil menarik nafas. Ternyata sudah hampir 25 tahun saya mengabdi pada Ibu Pertiwi yang saya cintai, dengan berprofesi sebagai guru matematika di Sekolah Menengah Atas, sebuah pengabdian yang panjang dan berarti. Inilah sekelumit perjuangan dan pengabdian pada Ibu Pertiwi dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa dalam bidang pendidikan.
Waktu kuliah di IPB, saya mengikuti Program D3 Kependidikan Matematika. Program ini bertujuan untuk perbaikan pembelajaran siswa dalam mata pelajaran MIPA di luar pulau jawa. Program yang digagas dan diketuai oleh bapak Andi Hakim Nasution, seorang Bapak matematika Indonesia yang sangar jenius dan bijak. Setelah lulus kuliah, pada tahun 1991 saya menjadi guru matematika dan ditempatkan di wilayah Indonesia Timur, tepatnya di SMAN 1 Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sebuah perjuangan yang sangat menantang dalam hidup saya.
Mengajar di mana pun bagi saya adalah sebuah perjuangan. Berjuang untuk mengubah dari hal yang biasa menjadi tidak biasa. Saat itu fasilitas komputer dan akses internet di sekolah sangat terbatas, baik bagi guru maupun siswa. Media mengajar masih menggunakan karton manila untuk materi yang mengandung gambar. Sumber belajar siswa terbatas yang ada di perpustakaan sekolah saja .Kadang guru-guru memakai buku lembar kerja siswa (LKS) yang di jual kepada siswa. Seiring berjalannya waktu warung internet (warnet) mulai banyak dibuka di pinggiran jalan bahkan di perumahan. Dan warnet adalah solusi yang jitu untuk mencari bahan dan media mengajar menurut saya saat itu. Karena saya harus mempersiapkan bahan mengajar, maka saya sering menjadi tamu langganan ngenet di depan gang dimana saya tinggal. Mencari media mengajar matematika yang berbasis video dan animasi yang nantinya saya padukan di powerpoint untuk ditampilkan pada saat mengajar di kelas. Saya pun sering berkomunikasi dengan kawan seperjuangan melalui surat elektronik yang kebetulan ditempatkan kota-kota besar di pulau jawa dan luar jawa. Salah satunya untuk meminta mereka berbagi perihal materi ajar dan media mengajar.
Tahun 2004 saya mutasi kerja kembali ke kampung halaman, yaitu ke Sukabumi, tepatnya di SMAN 5 Kota Sukabumi. Sekolah yang belum genap satu tahun berdiri pada saat itu. Di sekolah inilah saya mulai belajar dan menggali lagi hal ihwal tentang dunia komputer dan internet. Saya mulai bergabung dengan para guru muda yang masih enerjik dan inovatif. Kami sering berdiskusi masalah media mengajar yang berbasis teknologi informasi. Para guru sudah mulai bergairah untuk mulai membuat media ajar dengan menggunakan media powerpoint , animasi, video bahkan blog pribadi.
Kami sudah mulai menerapkan digital learning kepada anak-anak dalam proses mengajar. Misalnya sudah mulai mengisi konten blog dengan materi yang akan diajarkan . Para siswa diberikan tugas kelompok yang hasilnya dikirim melalui surat elektronik. Pada awalnya banyak kendala teknis yang dihadapi para siswa, seperti mereka merasa kesulitan dalam menuliskan formula matematik, belum memahami cara mengunduh dan mengunggah file ataupun folder. Secara finansial pun sebagian dari siswa harus patungan uang untuk biaya warung internet (warnet) terutama bagi siswa yang di rumahnya belum ada akses internet. Karena sekolah belum bisa melayani siswa secara penuh untuk memakai laboratorium komputer di luar jam pelajaran. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pemeliharaan, jumlah komputer maupun akses internet. Akan tetapi antusiasme para siswa patut mendapat acungan jempol, mereka sangat tertarik sekali dengan model penugasan dari guru dengan media lain dari biasanya. Ternyata mereka sangat tertarik dengan hal-hal yang baru dan berbau internet. Mereka merasa bebas mencari dan memilih referensi materi belajar yang sesuai dan menarik menurutnya.
Kemudian pada tahun 2007 saya mendapat kesempatan untuk bertugas mengajar di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) Kedutaan Thailand. Di negeri Gajah Putih inilah saya banyak belajar lebih dalam lagi mengenai manfaat akses internet bagi saya dan anak didik saya. Kenapa demikian ? Karena di sekolah ini jadwal mengajar saya lebih padat. Saya mengajar mulai tingkatan SD, SMP dan SMA, dengan jumlah jam mengajar seminggu rata-rata 30 jam lebih. Belum lagi tugas yang diberikan dan tidak boleh ditinggalkan dari pihak kedutaan. Maka media belajar yang berbasis internet adalah solusinya. Saya sering menggunakan video call dengan para siswa di kelas ketika saya lagi menjalankan tugas di luar sekolah. Komunikasi ini sangat bermanfaat ketika mereka sedang belajar dan mengerjakan tugas yang sudah saya siapkan di laman sekolah dalam bentuk belajar mandiri (e-learning). Belum lagi kalau saya rindu dengan anak dan istri di rumah, saya slalu menggunakani akses internet untuk berkomunikasi dengan mereka.
Selama empat tahun empat bulan saya tinggal di Bangkok, kembali lagi ke kampung halaman, Sukabumi pada tahun 2011. Saya bertugas di SMAN 1 Kota Sukabumi. Salah satu sekolah favorit di Kota Sukabumi dengan jumlah siswa kurang lebih 1.700 orang dan jumlah rombongan belajar 40 ruang kelas. Sekolah dengan tantangan yang berbeda dari segi jumlah siswa maupun rombongan belajarnya. Perlu penanganan yang profesional, baik dari disiplin siswanya maupun pelayanan proses belajar dan mengajar di kelas dari guru. Mengelola kelas yang besar adalah perlu sekali media mengajar sebagai alat bantu dalam proses belajar agar lebih efisien dan efektif. Begitu juga dalam hal evaluasi, dibutuhkan alat evaluasi yang bisa mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang baik, cepat dan didokumentasikan oleh guru. Satu keharusan dalam Kurikulum 2015 guru harus berubah dari hal biasa menjadi luar biasa.
Akses internet di sekolah saya sekarang sudah lebih dari cukup memadai untuk kebutuhan berselancar siswa maupun guru di dunia maya. Hampir seluruh siswa dan guru mempunyai gawai yang sudah bisa dipakai untuk berselancar di dunia maya. Siswa mengakses langsung situs-situs sumber belajar. Guru juga dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan mudahnya membuka situs media mengajar, salah satu situs yang sering saya pakai adalah youtube. Di dalam kelas saya dapat memutar langsung video yang sesuai dengan bahan ajar ketika proses belajar berlangsung. Bahkan sekolah kami sekarang sudah menggunakan Quipper sebagai platform online gratis. Saya lebih mudah mengelola kelas, mengirimkan tugas kepada siswa dan menerima analisa performa siswa. Demikian juga para siswa lebih mudah lagi menambah pengetahuannya dengan menguasai topik, modul dan bidang studi, mengerjakan tugas, mengerjakan tes serta mengumpulkan reward . Pada dasarnya mereka asyik belajar dimanapun mereka berada.
*Tulisan ini saya ikutkan pada lomba " My Teacher My Hero" Indonesian Digital Learning 2015*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar