Implementasi Pembelajaran Kewirausahaan SMA
Blog Amin Herwansyah | 27 Mei 2020
Tiga Langkah Implementasi Pembelajaran Kewirausahaan SMA
1. Penguatan mental wirausaha pada peserta didik
2. Pengkondisian suasana wirausaha di sekolah.
3. Proses pembelajaran berbasis aktivitas
1. Penguatan mental wirausaha pada peserta didik
Mental wirausaha yang perlu ditanamkan berupa nilai-nilai dasar pembentuk jiwa wirausaha. Nilai tersebut antara lain berani mengambil risiko, kreatif dan inovatif, mempunyai visi yang berkelanjutan, percaya diri, mandiri, aktif, enerjik dan menghargai waktu, memiliki konsep diri positif, berpikir positif, bertanggung jawab, selalu mau belajar, dan menggunakan umpan balik.
Kantin dan koperasi sekolah adalah salah satu sarana belajar kewirausahaan yang nyata. Sekolah menyiapkan tempat bagi siswa untuk menjual produk-produk ide bisnisnya. Di SMA Bina Putera kantin dikelola dengan melibatkan siswa sebagai pemasok produk-produk yang akan dijual di kantin. Selain itu siswa juga diberikan tugas untuk menjaga kantin secara terjadwal. Pengelolaan kantin dengan melibatkan siswa diharapkan mampu membelajarkan siswa tentang kewirausahaan secara nyata.
Alat pembayaran khusus juga bisa dibuat sebagai salah satu upaya memperkenalkan kepada siswa tentang uang beredar. Siswa di SMA Bina Putera menggunakan alat pembayaran khusus yang hanya berlaku di sekolah. Alat pembayaran khusus tersebut diluncurkan oleh Bank sekolah. Siswa akan menukarkan uang rupiahnya di money changer yang sudah disiapkan. Pengelola kantin akan menukarkan hasil penjualannya ke money changer hari itu juga sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Semua dengan melibatkan siswa.
3. Proses pembelajaran berbasis aktivitas
Proses pembelajaran wirausaha berbasis aktivitas ini meliputi empat langkah utama. Yaitu, pertama menghidupkan mimpi; kedua yakinkan dan niatkan; ketiga membuat perencanaan; dan keempat lakukan. Pengetahuan peserta didik terhadap kewirausahaan masih sangat minim di mana mereka lebih banyak mengartikan kewirausahaan dengan berdagang, berusaha secara mandiri, tidak diatur orang lain, dan dapat menentukan segala sesuatunya sendiri. Mereka beranggapan usaha sebagai “jalan” bukan tujuan utama. Hal ini tercermin. dari keinginan untuk “kuliah” tapi sebelumnya “bekerja” dulu atau “usaha” dulu sebagai bekal kuliah.
SMA Bina Putera, mencoba melakukan proses pembelajaran kewirausahaan dengan cara berbeda. Tidak ada jam tatap muka di kelas. Pembelajaran kewirausahaan dilakukan berdasarkan project base learning. Projek ini dilakukan secara kolaborasi oleh berbagai guru mata pelajaran. Dengan projek ini siswa diharapkan mampu menguasai kompetensi yang disesuaikan dengan aktivitas nyata.
Oleh : Wawan Setiawan , Kepala Sekolah SMA Bina Putera, Kopo, Serang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar