aminherwansyah

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Blog Amin Herwansyah | 9 Juli 2024
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Aspek penting yang membentuk kepala sekolah ideal, yaitu:
  1. Kepemimpinan Pembelajaran
  2. Refleksi, Evaluasi Kinerja, Rencana Pengembangan Diri, dan Pengembangan Profesional pendidik
  3. Perencanaan Berbasis Data
  4. Kepemimpinan Bersama
  5. Pendekatan Berbasis Aset
I. Pemimpin Pembelajaran
Kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu elemen penting dalam mewujudkan sekolah yang kita inginkan. Kepemimpinan ini berfokus pada perbaikan layanan dengan visi pembelajaran yang jelas dan berkelanjutan, bekerja sama dengan warga sekolah untuk mencapainya, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, serta mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan perencanaan yang transparan dan akuntabel.

Peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin pembelajaran (instructional leader),  yaitu kepala sekolah dengan fokus utama pada peningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Dalam peran ini, kepala sekolah memberdayakan dan melibatkan berbagai elemen dalam ekosistem sekolah sehingga semuanya bekerja sama untuk memastikan siswa mendapatkan pendidikan yang optimal dan berkembang secara holistik, baik dalam aspek rasa, karsa, maupun cipta.

Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah selalu mempertimbangkan dampak dari kebijakan, program, dan praktik yang diterapkan terhadap pengalaman dan hasil belajar siswa. Setiap keputusan, mulai dari alokasi anggaran hingga pemilihan strategi pengajaran, harus mempertimbangkan sejauh mana keputusan tersebut akan meningkatkan kualitas pembelajaran. 

II. Refleksi, Evaluasi Kinerja, Rencana Pengembangan Diri, dan Pengembangan Profesional pendidik
Salah satu faktor krusial untuk mencapai sekolah yang kita inginkan adalah kualitas para pendidiknya. Kita ingin mewujudkan pendidik yang reflektif, suka belajar, berbagi, dan berkolaborasi di sekolah-sekolah kita. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk memastikan tujuan ini tercapai.

Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk mendukung perkembangan para pendidik adalah menciptakan lingkungan yang mendorong terbentuknya budaya refleksi, melaksanakan evaluasi kinerja yang konstruktif yang melibatkan mereka, serta memberikan umpan balik yang berbasis data untuk membantu pendidik dalam merencanakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, kepala sekolah dapat menyusun rencana pengembangan profesional yang disesuaikan dengan data dan kebutuhan para pendidik, sehingga dapat memberikan dampak positif pada proses pembelajaran di ruang kelas. 

- Budaya Refleksi
Dengan menerapkan budaya refleksi yang berkelanjutan, kepala sekolah mendorong pendidik untuk terus menilai dan memperbaiki praktik pengajaran mereka. Refleksi ini memungkinkan pendidik untuk mengenali kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, yang menjadi dasar bagi mereka dalam menetapkan tujuan pengembangan profesional. Pendidik akan memiliki kemandirian untuk bertumbuh menjadi pendidik yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah tidak menjadi otoritas tunggal sehingga pendidik hanya mengharapkan umpan balik dan evaluasi dari kepala sekolah. Kepala sekolah seharusnya memberdayakan pendidik untuk mandiri dalam meningkatkan kualitas mendorong mereka untuk secara konsisten merefleksikan praktik pengajaran mereka.

- Evaluasi Kinerja
Setelah budaya refleksi terbentuk, strategi berikutnya adalah dengan melakukan evaluasi kinerja yang dilakukan secara berkala untuk memberikan pandangan yang objektif tentang pencapaian dan tantangan yang dihadapi oleh para pendidik.  

Salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangkaian evaluasi kinerja adalah kegiatan supervisi akademik. Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan dengan tujuan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, yang muaranya kepada peningkatan mutu lulusan peserta didik (Glickman:2007). 
Menurut Sergiovanni (dalam Depdiknas, 2007: 10), ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu:
  1. Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru.
  2. Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri.
  3. Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.
Idealnya ketiga tujuan itu dicapai dari kegiatan supervisi akademik sehingga akan mengubah perilaku mengajar guru. Melibatkan guru dalam proses ini adalah sangat penting, misalnya dengan mendengarkan masukan mereka, memberi mereka ruang untuk berbagi ide dan saran, serta mempertimbangkan perspektif dan kebutuhan mereka dalam perencanaan. Berikut adalah teknik-teknik supervisi akademik;
- Rencana pengembangan diri pendidik.

Rencana pengembangan diri pendidik yang dirancang berdasarkan refleksi dan evaluasi kinerja ini memiliki dampak langsung pada kualitas pembelajaran murid. Refleksi pendidik terhadap pengalaman pengajaran menjadi bagian penting dari proses penyusunan rencana pengembangan diri pendidik. Sebab, ketika pendidik menulis refleksi, mereka sedang mempertimbangkan secara kritis pengalaman, mengidentifikasi pembelajaran yang berharga, dan merencanakan langkah-langkah untuk perbaikan di masa depan.

Selain mengacu pada refleksi pendidik, rencana pengembangan diri pendidik juga mengacu pada dokumen evaluasi kinerja, yang menggambarkan pendidik memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam praktik mereka. Hasil refleksi dan evaluasi kinerja ini menjadi dasar untuk merancang rencana pengembangan profesional diri  yang relevan dan bermakna.

Rencana pengembangan diri pendidik mencakup langkah-langkah konkret yang akan dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan praktik mereka. Pendidik juga perlu menyelaraskan rencana pengembangan dirinya dengan tujuan pembelajaran siswa dan kebutuhan sekolah.

Dengan demikian, rencana pengembangan profesional diri yang mengacu pada evaluasi kinerja dan refleksi akan memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan para pendidik dalam mendukung keberhasilan siswa.

-Merancang program pengembangan profesional
Kepala sekolah bertanggung jawab dalam merancang program pengembangan profesional pendidik berdasarkan evaluasi kinerja pendidik dan rencana pengembangan profesional diri para pendidik yang telah disusun sebelumnya. 

Dengan demikian, program pengembangan profesional ini dirancang dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan sekolah dan juga perkembangan terbaru dalam pendidikan. Dengan mengikuti program ini, pendidik dapat mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan baru untuk diterapkan ke dalam praktik kelas sehari-hari dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

III. Perencanaan Berbasis Data
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan sekolah dan hasil pembelajaran siswa. 

Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan berbasis data dalam mendukung kepala sekolah mengelola sekolah secara efektif. Dengan menggunakan data yang relevan, seperti hasil tes siswa, evaluasi kinerja pendidik, dan umpan balik siswa, kepala sekolah dapat mengidentifikasi tren dan pola yang memerlukan perhatian khusus. 

Selain itu, data juga membantu kepala sekolah dalam merencanakan intervensi atau program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah secara keseluruhan. Dengan demikian, perencanaan berbasis data membantu kepala sekolah untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terarah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidik di sekolah.
Salah satu data yang sangat berharga yang dimiliki oleh sekolah di Indonesia adalah rapor pendidikan sebagai hasil dari program Asesmen Nasional. 

IV. Kepemimpinan Bersama (Shared Leadership)
Pemimpin dalam sebuah organisasi, termasuk sekolah, memang biasanya hanya satu orang, yakni kepala sekolah, yang memimpin seluruh warga sekolah. Namun, kepemimpinan dalam dunia pendidikan tidak bisa lagi hanya mengandalkan satu sosok otoritatif di puncak struktur organisasi.

Walaupun dalam struktur organisasi, kepala sekolah biasanya berada di posisi tertinggi, memimpin beberapa wakil kepala sekolah dan bagian lainnya sesuai kebutuhan sekolah. Apakah dengan struktur tersebut kepala sekolah harus menjalankan kepemimpinannya sendirian, hanya memberikan perintah kepada orang-orang di bawahnya?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model kepemimpinan semacam ini cenderung tidak disukai oleh staf dan dapat menghambat potensi warga sekolah secara optimal. Oleh karena itu, konsep kepemimpinan bersama (shared leadership) memberdayakan seluruh warga sekolah untuk bekerja sama mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. 

Kepemimpinan bersama adalah pendekatan yang sangat sejalan dengan konsep kepemimpinan pembelajaran di sebuah sekolah karena menekankan pada kolaborasi dan partisipasi dari semua anggota komunitas sekolah. Kepala sekolah harus memastikan bahwa setiap anggota komunitas sekolah, mulai dari siswa, pendidik, staf administrasi, hingga orang tua dan masyarakat sekitar merasa dihargai dan berkontribusi aktif dalam proses pendidikan.

V. Pendekatan Berbasis Aset (Asset Base Approach)
Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah harus mampu mengadopsi pendekatan yang efektif untuk memaksimalkan potensi sekolah dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu konsep kunci yang perlu dipahami adalah perbedaan antara pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis defisit.

Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu. Pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah harus memahami perbedaan ini dan menerapkannya dalam kepemimpinan mereka.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kepala sekolah pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Mereka akan mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium.

Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus mereka adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar, kepala sekolah menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kepala sekolah buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Sebaliknya, sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah yang mengadopsi pendekatan berbasis aset akan melihat potensi dan kekuatan yang ada dalam komunitas sekolah. Mereka akan fokus pada bagaimana memanfaatkan sumber daya yang tersedia, memberdayakan pendidik dan staf, serta mencari cara untuk mengembangkan apa yang sudah ada.

Dengan pendekatan ini, kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan yang positif dan proaktif, di mana semua anggota komunitas sekolah bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik. Pendekatan berbasis aset memungkinkan kepala sekolah untuk lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberdayakan semua elemen dalam ekosistem sekolah.

Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan.

Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Green & Haines (2010) menjelaskan perbedaan cara pandang yang menggunakan pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset pada tabel di bawah ini:

Sumber : Pelatihan Asesor 2024



Tidak ada komentar:

Posting Komentar